Kalimatun Thoyibah
(Kalimat Yang Baik - Alhamdulilah)
Assalamualaikum
warahmatullahiwabarakatuh.
Alhamdulilah,
sholawat dan salam semoga Allah limpahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad
SAW.
Pembaca yang budiman, dalam kehidupan sehari hari seseorang dapat
dinilai dari ucapannya atau kata kata yang diucapkannya, kalimat yang baik
adalah wujud atau refleksi qolbu atau hati seseorang, jika hatinya baik maka
ucapannya cenderung baik dan menyejukan hati, jika hatinya buruk ucapannya cenderung buruk, meskipun ada yang
hatinya buruk tetapi ucapannya baik (pura-pura) yang disebut dengan munafiq
yaitu tidak sesuai antara hati, ucapan dan perbuatannya.
Pada tulisan kali ini penulis akan memfokuskan pembahasan pada
kalimatun thoyibah khusus pada kata “Alhamdulilah “ الحمد لله selalu diartikan “segala puji milik Allah”, padahal hanya terdiri dari satu
kata, yaitu kata isim (kata benda). Lafal itu asalnya hamdu, sebagai bentuk mashdar dari
fi’il (kata kerja) hamida-yahmadu-hamdan. Hamdu artinya pujian—bisa diartikan
puji tapi bukan untuk menunjukan kata kerja melainkan nama pekerjaan.
Dalam bahasa arab ada penambahan huruf alif
dan lam diawal kata benda (isim) yang disebut istilah ma’rifat (khusus) dan
jika kata benda (isim) tersebut tidak ditambahkan isim, maka disebut nakiroh
(umum). Dalam bahasa Inggris hampir mirip dengan kata “the” contoh jika kita ucapkan "where is the book?" Itu artinya
dimana buku itu? (buku yang sudah sama-sama diketahui oleh pembicara dan
pendengar). Sedangkan jika contoh : where is book? Dimana buku?( artinya buku
apa saja tidak spesifik).
Implementasi ucapan alhamdulilah adalah wujud
syukur atas nikmat atau anugerah yang Allah berikan kepada kita, syukur berarti
berterima kasih atau menerima dengan senang hati atas apapun yang diberikan. Namun
pada hakikatnya ucapan Alhamdulilah adalah ungkapan untuk menyadari bahwa
segala kebaikan dan kesuksesan yang diraihnya adalah dari Allah sehingga
tidaklah sepantasnya pujian atas kebaikan dan kesuksesan itu ditujukan
kepadanya (mahluk).
Dalam hal ini maka jika seseorang dipuji atas
kesuksesannya contoh : “anda sangat
fasih dan pintar” maka ia kalimat yang baik untuk merespon ucapan itu adalah “Alhamdulilah”
bermakna kefasihan dan kepintaran saya ini hanyalah pemberian Allah, maka saya
tidak pantas menerima pujian fasih dan pintar. Namun pada kenyataannya sering
kita temui seseorang merasa amat bangga atas kesuksesannya, contoh “Alhamdulilah
saya bisa sukses karena kerja keras” kalimat tersebut menggambarkan orang
tersebut bangga atas kesuksesan yang diraihnya karena kerja kerasnya, padahal
hakikatnya itu hanya ujian dan pemberian dari Allah.
فَإِذَا مَسَّ ٱلْإِنسَٰنَ ضُرٌّ دَعَانَا ثُمَّ
إِذَا خَوَّلْنَٰهُ نِعْمَةً مِّنَّا قَالَ إِنَّمَآ أُوتِيتُهُۥ عَلَىٰ عِلْمٍۭ
ۚ بَلْ هِىَ فِتْنَةٌ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
Terjemah : Maka
apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan
kepadanya nikmat dari Kami ia berkata: "Sesungguhnya aku diberi nikmat itu
hanyalah karena kepintaranku". Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi
kebanyakan mereka itu tidak mengetahui.
(QS .39:49).
Wallahu
a’lam bishowab.
Wassalamualaikum
warahmatullahi wabarokatuh.
Comments
Post a Comment